Kamis, 09 Pebruari 2012 04:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Dr Abdul Mannan
Umumnya manusia di manapun dan kapan pun selalu melihat harta dunia sebagai sumber kebahagiaan. Hal itu mungkin wajar mengingat manusia tidak bisa menafikan materi dalam kehidupannya. Namun demikian, tidak sedikit manusia yang terseret dan terjerembab pada aspek materi, sehingga dengan sengaja melawan aturan Allah SWT. Manusia seperti itu akan semakin jauh meninggalkan eksistensi dirinya.
Ia akan terus terobsesi mengumpulkan harta yang banyak setiap harinya. Akibatnya, agama, norma, dan aturan menjadi tak berguna. Sejauh keinginannya bisa dicapai, apa pun cara harus dilakukan. Inilah manusia yang telah mati hatinya, yang tak akan pernah sadar akan kekeliruannya hingga ajal tiba.
Kondisi ini bisa menimpa siapa saja, baik penguasa, pegawai, pengusaha, cendekiawan, termasuk juga ulama. Itulah mengapa dalam sebuah hadis Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk berhati-hati pada ulama, khususnya ulama suu’ (ulama yang tidak mengamalkan ilmunya sesuai syariah Allah SWT).
Akan tetapi, sejarah mencatat bahwa ambisi materi pada pemimpin jauh lebih berdampak serius dan masif dibanding yang lain. Alquran memberi bukti akan hal tersebut. Lihatlah kisah Firaun, seorang raja diktator yang dengan kekuasaannya menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan secara terbuka menyatakan perang terhadap Nabi Musa AS.
Harta benda dan kekuasaan yang dimiliki Firaun semakin membuatnya gelap mata, hingga harta benda yang mestinya berguna untuk kehidupan justru menjadi pelicin menuju kebinasaan. Semua itu karena Firaun lupa bahwa apa yang dimiliknya itu tak lebih dari titipan Allah SWT kepadanya.
Nabi Musa yang mendapat mandat dari Allah agar memberikan peringatan kepada Firaun pun tak lagi mampu berbuat banyak. "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (QS Yunus : 88).
Seperti kita saksikan saat ini, kasus korupsi hampir terjadi setiap hari. Ada dugaan dilakukan secara kolektif. Kemudian, para penguasa tidak begitu peduli dengan kasus tersebut. Akibatnya, praktik korupsi itu hampir terjadi di mana-mana di seluruh penjuru Tanah Air.
Saudaraku, tahanlah dirimu dari berbuat curang, jahat, ataupun kriminal. Jangan sampai kita termasuk orang yang dibutakan mata hati kita oleh gemerlap harta benda. Kemudian, sengsara untuk selama-lamanya di akhirat.
Kita jangan sampai menjadi manusia berwatak Firaun, yang pikiran dan seluruh perilakunya justru mengundang kemurkaan Allah SWT. Ingat saudaraku, Firaun bukannya bahagia, ia bahkan sengsara dan mati dalam keadaan yang sangat nista.
Kembalilah kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Pelajarilah Alquran dengan baik dan amalkan, jika kita benar-benar mendambakan kebahagiaan hakiki. Jangan seperti Firaun yang gagal menjadikan harta dan takhtanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Wallahu a’lam.
Redaktur: Heri Ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar