Oleh Ali Farkhan Tsani***
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Allah menyeru orang-orang beriman agar senantiasa memelihara hubungan takwa dengan Allah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta beserta seisinya. Karena itu, pengakuan iman saja belumlah cukup sebelum dilengkapi dengan mempercepat hubungan takwa dengan Allah, dengan penuh keikhlasan jiwa, tawakal berserah diri sepenuhnya kepada kekuasaanNya, ridha dan menerima segala ketentuan-Nya, selalu bersyukur atas segala nikmat dan karuniaNya, serta sabar menerima segala ujian, musibah, dan cobaan-Nya.
Takwa kepada Allah agar tetap tumbuh subur adalah dengan cara senantiasa melestarikan ibadah kepada Allah dengan rasa cinta, seperti shalat berjamaah, tadarus Alquran, memperbanyak istigfar, qiyamul lail, mengeluarkan sedekah, serta menyantuni kaum fuqara dan dhuafa. Demikian pula takwa dapat tetap kokoh bersemayam di dalam dada setiap Muslim adalah dengan memperbanyak zikrullah, senantiasa mengingat bahwa hidup ini hanyalah semata-mata singgah. Hingga pada akhirnya, persinggahan hidup di dunia ini akan ditutup dengan kematian.
Kelak di akhirat esok, amal kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Hari esok adalah hari akhirat. Hidup tidaklah akan disudahi hingga di dunia ini saja. Dunia hanyalah semata-mata masa untuk menanam benih. Adapun hasilnya akan dipetik di hari akhirat. Maka, beriman kepada hari akhirat menyebabkan rezeki yang Allah karuniakan di dunia memang telah Allah sediakan terlebih dahulu sebagai persediaan hari esok.
Islam tidak memisahkan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. "Ad-dunya mazra'atu alakhirah," dunia adalah tempat bercocok tanam untuk kepentingan hari esok, akhirat. Seyogianyalah kita selaku orang-orang yang telah mengaku beriman memupuk imannya dengan takwa, lalu merenungkan hari esoknya, apa gerangan yang akan kita bawa untuk menghadap Allah.
Tidak ada tindak kemaksiatan kita, kezaliman kita, yang tidak diketahui-Nya. Itu menunjukkan agar kita selalu menyuburkan nilai takwa kepada-Nya. Sebab, dengan takwa itulah, kita menjadi selalu dekat dengan Allah yang memang harus selalu kita dekati bukan kita jauhi, apalagi kita lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar