Senin, 21 Januari 2013
Gerakan Reformis ala Nabi Yusuf
Dari Nabi Yusuf as, kita dapat memetik pembelajaran mengenai kesuksesan yang diraih dengan melakukan perubahan pada sistem. Tentu saja perubahan ini didasarkan pada kapabilitas, intelektual, dan moralitas.
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai Ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; Kulihat semuanya sujud kepadaku. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)-mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Terjemahan Q.S. Yusuf: 4-5).
Pelajaran yang bisa diambil dari kedua ayat tersebut salah satunya yakni tentang perubahan reformis. Perubahan reformis adalah perubahan yang dilakukan dari dalam, sangat mungkin membutuhkan waktu yang panjang dan menuntut keterkaitan antar generasi, yakni mulai dari Nabi Yaqub as hingga Nabi Yusuf as.
Poin pertama mengenai ayat di atas adalah, bahwa setiap diri kita senantiasa memiliki mentor. Mentor di sini dimaksudkan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita untuk bisa belajar dari kesalahan-kesalahan Beliau. Kemudian, master plan berikut grand design-nya menuntut nilai-nilai kerahasiaan yang harus dijaga. Tokoh-tokoh perubahan dalam reformasi ini menuntut sebuah kualifikasi agar agent of change yang diharapkan, sesuai untuk bisa melanjutkan perjuangan reformasi tersebut. Kualifikasi perspektif yang muncul antara lain, pilihan terbaik, kredibilitas moral, kapasitas intelektual, visioner, dan memiliki ikatan mata rantai dengan sejarah terdahulu.
"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian Ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik. Seorang di antara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat." (Terjemahan Q.S. Yusuf : 9-10).
Dalam ayat ini dapat diketahui, bahwa reformasi dipenuhi tantangan dan hambatan, bahkan mungkin lebih menyakitkan ketimbang revolusi. Agent of change adalah sosok yang senantiasa disikapi secara kontroversial.
Dalam ayat di atas, diuraikan bagaimana sikap kakak-kakak Nabi Yusuf as terhadapnya. Mereka menganggap Nabi Yusuf as sebagai sosok yang akan mengancam eksistensinya.
Hidup seorang reformis senantiasa dipenuhi dengan sifat kompetitif, masalah yang kompleks, keberanian membela yang haq, dan memiliki semangat yang heroik. Hal yang menjadi menarik yakni tekanan-tekanan yang dilakukan oleh pihak lawan terhadap agent of change tanpa disadari justru akan menjadi investasi perjuangan bagi kekuatan perubahan itu. Tentang takwil mimpi, merupakan suatu perbuatan yang mencerminkan bagaimana seorang pemimpin menyampaikan visinya.
"Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya: 'Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.' Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (Terjemahan Q.S. Yusuf: 20-21).
Ayat di atas mencerminkan, bagaimana kekuatan muda seringkali menjadi komoditas politik yang menarik. Oleh sebab itu, jangan menggadaikan idealisme agar tidak dimanfaatkan oleh penggerak-penggerak politik. Senantiasa harus waspada, karena dalam kancah politik tidak ada musuh abadi atau kawan abadi, semuanya abu-abu, tidak pasti.
"Yusuf berkata: 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Terjemahan Q.S. Yusuf: 33-34).
Fakta yang terjadi adalah, sistem jahiliyah merupakan sistem yang dimasuki atau dilandasi oleh pandangan hidup materialistik dan diwarnai oleh berbagai tipu daya kekuasaan. Dasar keyakinan untuk menghadapi ujian duniawi adalah rasa takut kepada Allah, sikap amanah dan pertanggung jawaban publik, serta kesadaran akan risiko politik.
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?" (Terjemahan Q.S. Yusuf: 39).
Dalam ayat tersebut, secara eksplisit dijelaskan mengenai konsistensi yang dijalankan oleh Nabi Yusuf as. Ada tiga hal yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as sekalipun berada dalam penjara; Pertama, Beliau tetap menjadikan penjara sebagai lahan dakwah. Kedua, mengelola orang-orang yang ada dalam penjara untuk menjadi alat mobilitas bagi dirinya. Ketiga, penjara bukanlah akhir dari perjalanan dan perjuangan, bahkan mungkin penjara akan menjadi batu loncatan bagi ekskalasi gerakan.
"Raja berkata: 'Bawalah dia kepadaku.' Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: 'Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka.'" (Terjemahan Q.S. Yusuf: 50).
Kebenaran menjadi satu-satunya bargaining point dengan kekuasaan. Maka dengan demikian, Nabi Yusuf as membersihkan namanya terlebih dahulu yang telah tercemar karena fitnah yang dilakukan oleh istri raja.
"Dan raja berkata: 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.' Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: 'Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.'" (Terjemahan Q.S. Yusuf: 54).
Pada akhirnya, Nabi Yusuf as dapat membuat Mesir dan Palestina aman. Dalam beberapa ayat di atas, secara implisit Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya melalui kisah Nabi Yusuf as ini. Allah memberi pelajaran bagi kita semua bahwa kemenangan adalah hak bagi siapa saja yang mampu memelihara konsistensi sikap dan misi perjuangannya. Pun yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as, ketika berada dalam penjara sekalipun tetap melakukan dakwah, menjalankan misinya sebagai seorang Nabi.
Keterbatasan bukanlah alasan bagi diri kita untuk tidak bergerak. Dan juga poin pentingnya adalah keinginan untuk mewujudkan mimpi. Seorang pemimpin mampu mengelola mimpinya dan memperjuangkannya hingga akhirnya ia dapat terwujud.
Rina Nourmasari
Mahasiswa Departemen Geografi Universitas Indonesia
Fb/Twitter : Rina Nourmasari/@rina_nour
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar