Daulah Abbasiyah: Abul Abbas As-Saffah (750-754 M) Khalifah Pertama
Senin, 25 April 2011 06:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Gerakan Abbasiyah sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis, khalifah kedelapan Daulah Umayyah. Gerakannya begitu rapi dan tersembunyi sehingga tidak diketahui pihak Bani Umayyah.
Selain itu, gerakan ini juga didukung oleh kalangan Syiah. Hal ini bisa dimaklumi karena dalam melakukan aksinya, para aktivisnya membawa-bawa nama Bani Hasyim, bukan Bani Abbas. Maka secara tidak langsung orang-orang Syiah merasa disertakan dalam perjuangan mereka.
Gerakan Abbasiyah mulai muncul di daerah Hamimah (Yordania), Kufah (Irak), dan Khurasan. Salah satu pendirinya adalah Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Setelah Muhammad bin Ali wafat, anaknya, Ibrahim menggantikan posisinya.
Pada 125 H, saat pemerintahan Bani Umayyah tengah mengalami kemundurann, gerakan Abbasiyah semakin gencar. Empat tahun kemudian, Ibrahim bin Muhammad mendeklarasikan gerakannya di Khurasan melalui panglimanya, Abu Musim Al-Khurasani. Namun gerakan ini diketahui oleh Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah. Ibrahim pun ditangkap dan dipenjara.
Posisi Ibrahim digantikan saudaranya, Abdullah bin Muhammad, yang lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Ia lahir pada 108 Hijriyah. Ada juga yang mengatakan 104 Hijriyah. Ibunya bernama Raithah Al-Hairitsiyah. Karena tekanan dari pihak penguasa, bersama rombongan ia berangkat ke Kufah secara sembunyi-sembunyi. Pada 3 Rabiul Awwal 132 H, Abdullah As-Saffah dibaiat sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah di Masjid Kufah.
Pelantikan Abul Abbas ini mengingatkan kita pada sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya. Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah Saw bersabda, "Akan muncul pada suatu zaman yang carut-marut dan penuh dengan petaka, seorang penguasa yang disebut dengan As-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah yang banyak."
Riwayat lain menyebutkan bahwa gelar As-Saffah itu diberikan orang-orang karena ia terkenal dengan sifat yang tidak mengenal belas kasihan terhadap Bani Umayyah. Hal itu diakibatkan oleh dendamnya yang begitu besar, sehingga dengan dinginnya ia membunuh keturunan Bani Umayyah, termasuk orang-orang yang tidak bersalah dan tidak ikut campur dalam urusan politik sekalipun. Hal ini juga dilakukan oleh para pengikutnya.
Dalam sebuah peristiwa, Abdullah bin Ali, paman As-Saffah yang saat itu menjabat gubernur Syria dan Palestina, membantai sekitar 90 orang keluarga Bani Umayyah. Hanya sedikit keturunan Bani Umayyah yang dapat meloloskan diri.
Berita pembaiatan As-Saffah sampai juga ke telinga Marwan bin Muhammad. Dia berangkat bersama pasukannya untuk memadamkan "pemberontakan" As-Saffah. Abdullah bin Ali, paman As-Saffah, bersama pasukannya menghadapi pasukan Marwan di suatu daerah dekat Mosul. Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya pasukan Marwan dapat dikalahkan. Marwan selamat dan kembali ke Syam. Namun Abdullah terus mengejarnya sehingga dia lari ke Mesir. Pengejaran dilanjutkan oleh adiknya, Shalih. Akhirnya Marwan berhasil dibunuh di suatu desa bernama Bushir pada Dzulhijjah 132 H.
Kufah merupakan pusat gerakan Bani Abbas. Di tempat ini pula As-Saffah dibaiat namun kemudian pada 134 H, ia meninggalkan Kufah menuju daerah Anbar. Sebuah tempat di pinggiran sungai Eufrat yang dikenal dengan Hasyimiyah yang dijadikan pusat pemerintahan. Belakangan dibangunlah sebuah ibukota yang dikenal hingga kini, yaitu Baghdad. Kota inilah yang menjadi ibukota Daulah Abbasiyah.
As-Saffah tidak terlalu fokus pada masalah-masalah penaklukan wilayah karena pertempuran di kawasan Turki dan Asia Tengah terus bergolak. Belum lagi karena kesibukannya dalam upaya konsolidasi internal untuk menguatkan pilar-pilar negara yang hingga saat itu belum sepenuhnya stabil. Selain ketegasannya menghabisi lawan politik, As-Saffah terkenal juga dengan kedermawanan dan ingatannya yang kuat serta keras hati.
Pejabat pemerintah yang bertugas membantu khalifah sebelumnya hanya dikenal dengan Al-Katib (sekretaris). Pada masa Abbasiyah ini, mulai muncul istilah Al-Wazir (menteri).
Abul Abbas As-Saffah meninggal pada Dzulhijjah 136 H karena penyakit yang dideritanya. Ia meninggal dalam usia 33 tahun di kota Hasyimiyah yang dibangunnya. Sebelum meninggal, ia menunjuk saudaranya, Abu Ja'far Al-Manshur sebagai pengganti. As-Saffah memangku jabatan khalifah selama empat tahun.
Redaktur: cr01
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar