Oleh Dr A Ilyas Ismail
Menurut al-Ghazali, agama adalah jalan atau perjalanan menuju Allah. Dalam terminologi sufistik, perjalanan ini dinamai al-Suluk, sedangkan pelakunya dinamai al-Salik, sang penempuh perjalanan, dan yang dituju (al-Mathlub) adalah Allah SWT (Mizan al-`Amal, 1979).
Dalam bahasa yang lebih umum, perjalanan ini dinamai taqarrub, yaitu proses mendekatkan diri kepada Allah. Taqarrub ini valid, absah, karena Allah adalah dekat, qarib (al-Baqarah [2]: 186), bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia. (QS Qaf [50]: 16).
Dalam Alquran, agama memang dilambangkan dengan jalan. Agama disebut sabilillah, jalan Allah, shirath al-Mustaqim, jalan lurus, lalu syari`ah atau syir`ah, dan minhaj, yang semuanya berarti jalan, tepatnya jalan Tuhan. Kata sabil diulang sebanyak 176 kali, shirath 145 kali, syari`ah dua kali, dan minhaj satu kali. (Mu`jam al-Mufahras li Alfazh Alquran).
Filosofi jalan ini menarik dan perlu dipahami. Ibarat jalan, agama atau beragama tidak boleh putus. Ia merupakan perjalanan yang konstan dan terus-menerus (constant and continuous journey) hingga sampai di ujung perjalanan pada waktu kita bertemu dengan Allah. (QS al-Hijr [15]: 99).
Jalan Tuhan (sabilillah), menurut Sayyid Quthub, mengandung tiga makna dasar. Pertama, al-Haqq al-Muthlaq, kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sejati, merupakan kebenaran universal (kulliyyat), bukan kebenaran partikular (juz'iyyat). Terma al-Haqq itu sendiri secara bahasa berarti kuat dan mantap. Maka itu, agama Islam, Alquran, dan Allah swt disebut al-Haqq. (QS al-Isra [17]: 81).
Kedua, jalan tuhan bermakna al-Khair al-Muthlaq (kebaikan mutlak). Dalam Alquran dibedakan antara al-Khair dan al-Ma`ruf. Kata al-Khair menunjuk kepada kebaikan universal, sedangkan al-Ma`ruf berarti kebaikan yang dikenal oleh suatu masyarakat. Dengan kata lain, al-Ma`ruf adalah kebaikan budaya atau yang sekarang dinamakan kearifan lokal. Islam mengajarkan al-Khair, sekaligus mengakui dan menyuruh kepada yang ma`ruf (QS Ali Imran [3]: 104).
Ketiga, jalan Tuhan bermakna al-`Adl al-Muthlaq (keadilan mutlak). Seperti diketahui, adil adalah suatu keutamaan (fadhilah), pangkal dari segala kebaikan. Dalam Alquran, adil disebut sebagai nilai tertinggi yang paling mendekati takwa (QS al-Maidah [5]: 8). Adil juga merupakan hukum kosmik, yang harus ditegakkan agar tidak terjadi kekacauan, chaos. (QS al-Rahman [55]: 7-8).
Inilah tiga nilai dasar yang terkandung dalam agama sebagai jalan Tuhan, yaitu jalan kemuliaan. Peradaban Islam sesungguhnya berakar pada tiga nilai dasar ini. Agama, karenanya dapat disebut sebagai induk dari peradaban (the mother of culture and civilization).
Setiap orang beriman, dipanggil agar menghidupkan nilai-nilai dasar, yang menjadi pangkal keadaban itu, agar dunia dalam usianya yang semakin tua, tidak terjebak pada ancaman kekerasan dan kebiadaban. "Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS al-An`am [6]: 153). Wallahu a`lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar